Kamis, 29 September 2011

wacana pada tataran semi ilmiah

 Semi Ilmiah adalah sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannyapun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering di masukkan karangan non-ilmiah. Maksud dari karangan non-ilmiah tersebut ialah karena jenis Semi Ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen.
Karakteristiknya : berada diantara ilmiah.

Contoh wacana semi ilmiah

KELAPARAN JADI PERHATIAN SERIUS

Indeks Kelaparan Dunia (GHI) tahun 2008 menunjukkan bahwa kelaparan masih merupakan perhatian serius di dunia dan terjadi perkembangan lambat dalam mengurangi keamanan pangan. Negara yang memiliki nilai GHI tertinggi kebanyakan berada di wilayah Sub-Saharan Africa dan Asia Selatan. Negara di daftar paling bawah meliputi Republik Demokrasi Kongo, Eritrea, Burundi, Republik Niger, dan Sierra Leone. Hal ini merupakan beberapa penemuan yang tertuang dalam “The Challenge of Hunger 2008: Global Hunger Index” yang dipublikasikan oleh Welthungerhilfe, International Food Policy Research Institute (IFPRI), dan Concern Worldwide. Klaus von Grebmer dan rekannya menyimpulkan bahwa pemecahan krisis pangan tersebut akan memerlukan beberapa inisiatif seperti bantuan pangan lebih bagi masyarakat miskin,
investasi lebih besar dalam bidang pertanian, dan batasan untuk menenangkan pasar pangan global.

wacana non ilmiah

wacana non ilmiah adalah wacana yang tidak terikat pada aturan yang baku.


wacana Non ilmiah
Aku merasa rendah diri. Aku merasa tak punya kemampuan apapun dari segala bidang. Apa yang bisa kulakukan? Aku seperti orang tak berguna. Mungkin… telah lama aku kehilangan rasa percaya diriku, dan aku tak menyadarinya.
Bagaimana caraku untuk mendapatkan rasa percaya diriku kembali? Sebenarnya aku trauma dengan apa? Aku takut dengan apa? Oh! Aku bingung! Astaghfirullah…
Aku seperti menangis sendiri kesepian di dalam tiap senyumku. Oh… aku benar-benar merasa bagai orang tak berguna! Aku masih belum bisa mengatasi perasaan minderku sendiri. Bagaimana ini ya Allah?
Sampai di usiaku yang telah menginjak 16 tahun ini aku masih bingung. Apa keistimewaanku? Aku hanyalah seorang perempuan yang rapuh… dan tak punya keistimewaan apapun. Astaghfirullahal’adzim… Astaghfirullah… Astaghfirullah… Kemanakah semangatku yang membara itu pergi?
Setiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangan. Aku masih punya banyak kekurangan. Tapi… aku sangat bangga menjadi orang Islam. Menjadi seorang muslimah… apakah itu dapat disebut sebagai kelebihan? I don’t know!
* * *
Seperti pada hari-hari sebelumnya, matahari terbit menyinari bumi. Alhamdulillah. Waktu terus berputar tanpa menghiraukan orang-orang sekitar. Tak terasa waktu pulang sekolah telah diambang pintu.
Kembali aku tersenyum kepada dunia yang telah 16 tahun ‘membesarkanku’. Tak seperti biasanya, hari ini sepulang sekolah aku makan soto di warung. Ditraktir. Berlanjut ke jalan-jalan menyusuri jalanan kota dengan naik bus.
Bersama ke-6 kawanku, kami menjejakkan kaki ke swalayan ternama di kota kami. Minum es teh bareng (satu cup es teh buat rame-rame), makan donat unil bareng, makan rujak bareng. Wah! Subhanallah… memang sangat nikmat ya bila kita berbagi. Apalagi menghabiskan waktu bersama dengan yeman-teman, benar-benar terasa seru dan asyik!
Sepulangku dari swalayan ternama tersebut, aku turun di Krapyak setelah naik bus jurusan Mangkang. Kemudian menanti bus jurusan Pasadena. Oh! So long!
Tiba-tiba tanpa kusadari, muncul seorang nenek yang berjalan dengan tertatih-tatih. Nenek tersebut membawa sejumlah barang belanjaan di punggungnya. tersentuh hatiku untuk menuntun si nenek. Ketika kutuntun, nenek tersebut meminta uang Rp 1000,- kepadaku untuk tambahan ongkos naik becak. Tanpa ragu langsung kuberi Rp 2000,-. Aku kembali menuntunnya sampai ke pangkalan becak motor. Setelah hampir dekat ke pangkalan becak motor, nenek tersebut berkata kalau ternyata duitnya masih kurang. langsung kuberi Rp 2000,- lagi. Alhamdulillah aku ada uang untuk diberikan ke nenek tersebut.
Sampai di depan becak motor yang akan dia tumpangi, aku membantu meletakkan belanjaannya ke atas becak motor tersebut. “Matur nuwun yo, nduk!” ,ucap si nenek. “Nggih, sami-sami mbah.” jawabku sambil tersenyum.
“Dek, ayo naik sekalian.” ucap Pak pengendara becak motor itu menawariku.
“He-eh, nduk. Sekalian aja.” ucap si nenek juga menawariku.    Dan akhirnya aku ikut numpang sekalian. Karena sewaktu aku menuntun si nenek menuju pangkalan becak motor, ada bus jurusan Pasadena lewat (bus yang tadi kunanti).
Si nenek turun di jembatan dekat kawasan. “Matur nuwun yo, nduk.” ucapnya sambil tersenyum.
“Nggih, mbah.” jawabku.    “Cah iki ter no tekan kono yo! Eh… tulung iki gendongno!” ucap si nenek menyuruh pak ojek (becak motor) untuk mengantarku, terus si nenek minta tolong supaya belanjaannya ditaruh di punggungnya.
“Makasih ya, Pak!” ucapku setelah turun dari becak motor. “Ya!” jawab Pak Ojek.
* * *
Ehm… Alhamdulillah. Hari ini menjadi hari yang lebih baik. Ternyata aku masih berguna buat orang lain. Hehe… Alhamdulillah. Batinku sambil tersenyum.
Semangat! Semangat! Jalani hidup dengan kelebihan dan kekurangan yang kita punya.
Dengan begitu, hidup akan terasa lebih berwarna seperti pelangi yang indah di angkasa.

Wacana pada Tataran Ilmiah

Wacana pada Tataran Ilmiah
Merupakan wacana yang memilki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut metode dan penggunaan bahasa. Contoh makalah, laporan, skripsi, tesis, disertasi.


Contoh Wacana pada Tataran Ilmiah yaitu makalah. Makalah adalah karya tulis yang menyediakan permasalahan dan pembahasan sesuai dengan data yang telah didapatkan di lapangan dengan objektif.

Rabu, 28 September 2011

wacana tataran ilmiah,non ilmiah dan semi ilmiah

1. Wacana pada Tataran Ilmiah
Merupakan wacana yang memilki aturan baku dan sejumlah persyaratan khusus yang menyangkut metode dan penggunaan bahasa. Contoh makalah, laporan, skripsi, tesis, disertasi.


Contoh Wacana pada Tataran Ilmiah yaitu makalah. Makalah adalah karya tulis yang menyediakan permasalahan dan pembahasan sesuai dengan data yang telah didapatkan di lapangan dengan objektif.


2. Wacana pada Tataran Non Ilmiah
Merupakan wacana yang tidak terikat pada karangan baku. Contoh anekdot, editorial, opini, reportase, dll.


contohnya:
"AKU ingin mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan, menggoda marabahaya, dan memecahkan misteri dengan sains. Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: Meletup tidak terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang, terurai, dan berpencar ke arah yang mengejutkan.”

3.Wacana pada Tataran Semi Ilmiah

Merupakan wacana yang karakteristiknya berada di antara ilmiah dan non ilmiah. Contoh artikel, editorial, opini, feuture, reportase.

Contoh wacana semi ilmiah:

 KELAPARAN JADI PERHATIAN SERIUS

Indeks Kelaparan Dunia (GHI) tahun 2008 menunjukkan bahwa kelaparan masih merupakan perhatian serius di dunia dan terjadi perkembangan lambat dalam mengurangi keamanan pangan. Negara yang memiliki nilai GHI tertinggi kebanyakan berada di wilayah Sub-Saharan Africa dan Asia Selatan. Negara di daftar paling bawah meliputi Republik Demokrasi Kongo, Eritrea, Burundi, Republik Niger, dan Sierra Leone. Hal ini
merupakan beberapa penemuan yang tertuang dalam “The Challenge of Hunger 2008: Global Hunger Index” yang dipublikasikan oleh Welthungerhilfe, International Food Policy Research Institute (IFPRI), dan Concern Worldwide. Klaus von Grebmer dan rekannya menyimpulkan bahwa pemecahan krisis pangan tersebut akan memerlukan beberapa inisiatif seperti bantuan pangan lebih bagi masyarakat miskin,
investasi lebih besar dalam bidang pertanian, dan batasan untuk menenangkan pasar pangan global.

Selasa, 27 September 2011

menggunakan bahasa indonesia secara baik dan benar


  1. Contoh menggunakan Bahasa Indonesia secara baik dan benar
Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar” dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan “bahasa Indonesia yang baik dan benar” mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran. Bahasa yang diucapkan bahasa yang baku.
Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku. Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik.
Misalkan dalam pertanyaan sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang baku Contoh :
  • Apakah kamu ingin menyapu rumah bagian belakang ?
  • Apa yang kamu lakukan tadi?
  • Misalkan ketika dalam dialog antara seorang Guru dengan seorang siswa
    • Pak guru : dino apakah kamu sudah mengerjakan PRmu?
    • dino : sudah saya kerjakan pak.
    • Pak guru : baiklah kalau begitu, segera dikumpulkan.
    • dino : Terima kasih Pak
  2.Contoh fungsi bahasa sebagai alat komunikasi

Kata griya, misalnya lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum.


Contohnya :
Misalnya berupa :
-          Alat-alat itu digunakan untuk berkomunikasi misalnya gerak badaniah, alat bunyi-bunyian, kentongan, lukisan, gambar, dsb).
Contohnya :
-          bunyi tong-tong memberi tanda bahaya
-          adanya asap menunjukkan bahaya kebakaran
-          alarm untuk tanda segera berkumpul
-          bedug untuk tanda segera melakukan sholat
-          telepon genggam untuk memanggil orang pada jarak jauh